Selamat Datang di Denting Berdetak Blog, Silahkan Download File DIsini Gratis . . . !!!
Jangan Lupa Untuk Meninggalkan Komentar Anda.

Senin, 14 November 2011

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Empiema


  1. DEFINISI
Emphiema thoraksis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000). Emphiema thorak juga dapat berarti adanya proses supuratif pada rongga pleura.

  1. ETIOLOGI
1.      Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a.       Pneumonia

b.      Abses paru
c.       Bronkiektasis
d.      TBC paru
e.       Aktinomikosis paru
f.       Fistel Bronko-Pleura
2.      Infeksi yang berasal dari luar paru :
a.       Trauma Thoraks
b.      Pembedahan thorak
c.       Torasentesi pada pleura
d.      Sufrenik abses
e.       Amoebic liver abses

  1. PATHOFISIOLOGI
Akibat invasi basil piogenik ke pleura akan mengakibatkan timbulnya radang akut yang diikuti pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel PMN yang mati akan meningkatkan kadar protein dimana mengakibatkan timbunan cairan kental dan keruh. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.

Apabila nanah menembus bronkus, timbul fistel bronkus pleural. Sedangkan bila nanah menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut emphiema nesessitasis. Emphiema dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Emphiema akut dapat berlanjut ke kronis. Organisasi dimuli kira-kira setelah seminggu dan proses ini berjalan terus sampai terbentuknya kantong tertutup.

  1. TANDA DAN GEJALA
1.      Emphiema akut
§                                      Panas tinggi dan nyeri pleuritik
§                                      Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura
§  Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger
§  Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural
§  Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali

2.      Emphiema kronis
§  Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan
§  Badan lemah, kesehatan semakin menurun
§  Pucat, clubbing finger
§  Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura
§  Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kea rah yang sakit
§  Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Foto thorak
b.      Tes kultur dan kepakaan dari drainase hasil aspirasi dari pleura

  1. KOMPLIKASI
§  Fistel Bronko pleura
§  Syok
§  Sepsis
§  Gagal jantung kongesti

  1. PENATALAKSANAAN
§  Pengosongan nanah
§  Antibiotika
§  Penutupan rongga emphiema
§  Pengobatan kausal
§  Pengobatan tambahan

  1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.       Biodata
b.      Riwayat kesehatan : pernah mengalami pembedahan thorak, menderita abses paru, TBC, Pneumonia
c.       Data obyektif :
§  Suhu tubuh diatas normal saat inflamasi akut pleura
§  Perkusi paru redup
§  Tidur miring kea rah yang sakit
§  Pernafasan cupping hidung
§  Ekspansi dada asimetri
§  Penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas diatas area yang terkena
§  Batuk produktif
§  Malaise
§  Keletihan
§  Takikardia, takipnea
§  Foto dada
§  Torasentesis
§  GDA : Pa O2 < 70 mmhg, PaCO2 dan pH dalam batas normal

d.      Data subjektif :
§  Mengeluh sesak nafas
§  Nyeri daerah dada yang mengalami pleuritis
§  Nyeri pada daerah insisi post pemasangan WSD

  1. PRIORITAS KEPERAWATAN.
    1. Mempertahankan patensi jalan nafas
    2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
    3. Meningkatkan masukan nutrisi
    4. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
    5. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan program pengobatan.

  1. INTERVENSI DAN RASIONAL.
    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronchus spsame, peningkatan produksi secret, kelemahan
Kriteria hasal :
- Pertahankan jalan nafasa paten dengan bunyi nafas bersih 
- Menunjukkan perilaku batuk efektif dan mengeluarkan secret
Intervensi :
a.       Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas, kaji dan pantau suara pernafasan
Rasional : Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan nafas, tachipneu merupakan    derajat yan ditemukan  adanya proses infeksi akut.
b.      Catat adanya atau derajat dispneu, gelisah ,ansietas dan distress pernafasan 
Rasional : Disfungsi pernafasan merupakan tahap proses kronis yang yang dapat menimbulkan infeksi atau reaksi alergi.
c.       Kaji pasien untuk posisi yang nyaman , misalnya peninggian kepala tempat     tidur.
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
d.      Bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien berbagao cara untuk mengatasi  dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara.
e.       Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. 
f.       Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml per hari sesuai toleransi  jantung.
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret , mempermudah pengeluaran
g.      Memberikan obata sesaui indikasi 
Rasional : Merilekskan otot halus  dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

    1. Diagnosa keperawatan : Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan gangguan  suplai oksigen , kerusakan alveoli .
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat,berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
a.       Kaji frekwensi,kedalaman pernapasan
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya penyakit
b.      Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional   ; Pengiriman oksigen  dapat diperbaiki dengan posisi tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolap jalan napas.
c.       Auskultasi bunyi nafas  catat area penurunan aliran udara ,bunyi tambahan
Rasional : Bunyi nafas redup karena penurunan aliran udara ,mengi ;  indikasi spasme bronchus / tertahannya sekret, Krekels basah menyebar menujukkan cairan pada dekompensasi jantung.
d.      Palpasi primitus.
Rasional : Penurunan getarn fibrasi  diduga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebak
e.       Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah dapat menujukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

    1. Diagnosa keperawatan  : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  dispneu, kelemahan, anoreksia, mual muntah.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan  mempertahankan berat badan 
Intervensi :
a.       Kaji kebiasaan diit ,catat derajat kesulitan makan
Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi sputum.
b.      Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus  menunjukkan motilitas gaster dan kostipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia.
c.       Hindari makan yang mengandung gas.dan minuman karbonat
Rasional : Dapat menghasilakan distensi abdomen yang menganggu nafas abdomen dan gerakan diagframa yang dapat meningkatan dispnea.
d.      Hindari makan yang sangat panas dan dingin 
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk
e.       Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Berguna untuk menetukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasi  keadekuatan rencana nutrisi.
f.       Kolaborasi   dengan ahli gizi / nutrisi. 
Rasional : Metode makan dan kebutuhan dengan upaya kalori didasarkan pada kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal  dengan upaya minimal pasien  /penggunaan  energi 

    1. Diagnosa keperawatan  : Resiko infeksi 
Kriteria hasil :
-          Mengidentifikasi  intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
-          Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
a.       Awasi suhu
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
b.      Observasi warna ,bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning atau kehijauan menujukkan adanya infeksi    paru. 
c.       Dorong kesimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Menurunkan konsumsi / kebutuhan kesimbangan oksigen dan      memperbaiki pertahan pasien terhadapa infeksi, peningkatan penyembuhan .
d.      Diskusi masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
e.       Kolaborasi pemeriksaan sputum.
Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab  dan   kerentanan terhadap anti microbial

    1. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.
Kriteria hasil : Nyatakan atau pemahaman kondisi atau proses penyakit.
Intervensi :
a.       Jelaskan proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan 
b.      Berikan latihan atau batuk efektif
Rasional : Pernafasan bibir dan nafas abdomen / diagframatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan  kolaps jalan nafas.
c.       Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan  untuk menghentikan rokok.
Rasional : Penghentian merokok dapat menghambat kemajuan  PPOM 
d.      Diskusi pentingnya mengikuti perawatan medik ( Foto Thoraks dan kultur sputum )
Rasional : Pengawasan proses penyakit untuk membuata program therapy .
e.       Kaji kebutuhan / dosis oksigen untuk pasien
Rasional : Menurunkan resiko kesalahan penggunaan  oksigen  dan komplikasi lanjut.

     Download File Lengkapnya "DISINI" 
anda akan dibawa ke adf.ly tunggu beberapa saat hingga muncul pilihan SKIP AD di sebelah kanan atas lalu klik disitu maka anda akan menemukan link downloadnya 
 
DAFTAR PUSTAKA

  1. Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
  2. Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
  3. Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
  4. Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.
  5. Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC Jakarta.
  6. Diana C. Baughman, ( 2000 ), Patofisiologi, EGC, Jakarta.
  7. Hudak & Gallo, ( 1997 ), Keperawatan kritis : suatu pendekatan  holistic, EGC, Jakarta
  8. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.
  9. Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
  10. Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
  11. Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
  12. Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda di Sini

Baca Juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog