Pokok
Bahasan : HIV/AIDS
Sasaran : Remaja, Bapak
dan Ibu
Penyuluh
: Mahasiswa PKL
Politeknik Kesehatan Jayapura
Waktu : 19-00 WIT –
Selesai
Hari/tanggal : Selasa, 17 Mei 2011
Tempat : Balai Kampung
Yakonde
A. Pengorganisasian
Penanggung
jawab : Yulius Sampouw
Penyaji : Suci M. Kastopo
Notulen : Marwah La usu
Dampak IPTEK merupakan faktor yang
mempercepat dan mempermudah terjadinya suatu proses salaing mempengaruhi dan
merubah nilai-nilai suatu masyarakat. Pada puncaknya manusia tidak dapat
mempertahankan kehidupannya apabila ia tidak mampu menguasai IPTEK. Sekarang
mau atau tidak mau, suka atau tidak suka manusia diarahkan dan dipaksakan untuk
menguasai Dasar-Dasar Tehnologi. Sekali lagi tanpa disadari oleh manusia lain
dikemudian hari. Sudah tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia dan Papua, Menyebar dengan cepat, dapat menyerang
semua orang tanpa pandang bulu (baik berperilaku aman maupun beresiko). Belum ditemukan vaksin untuk mencegah dan obat untuk menyembuhkan.
C.
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Peserta
dapat mengenal apa itu ISPA
D. Tujuan Instruksional
Khusus (TIK)
1.
Peserta dapat
mengetahui pengetian dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2.
Peserta dapat memahami
penyebab dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
3.
Peserta dapat
mengetahui tanda dan gejala dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
4.
Peserta dapat
mengetahui pencegahan dan prinsip perawatan Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA).
E. Garis Besar Materi
1.
Pengertian Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2.
Penyebab Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
3.
Tanda dan Gejala
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
4.
Pencegahan dan
Perawatan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
F. Metode
1.
Ceramah
2.
Diskusi
G. Media
1.
Materi (terlampir)
2.
Leaflet
3.
Kamera untuk
dokumentasi
H.
Proses
Kegiatan Penyuluhan
No.
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Respon Peserta
|
1.
|
5 Menit
|
Pembukaan
1.
Menyampaikan salam
2.
Menyampaikan tujuan
3.
Apersepsi
|
1.
Membalas salam
2.
Memperhatikan
|
2.
|
30 Menit
|
Menyampaikan
materi
1.
Memberikan penjelasan
2.
Memberikan kesempatan
peserta bertanya tentang materi yang disajikan
3.
Menjawab pertanyaan
dari peserta.
|
1.
Menyimak dan
memperhatikan
2.
Bertanya
3. Memperhatikan
|
3.
|
10 Menit
|
Evaluasi
selama proses
|
1. Menjawab
secara lisan
|
4.
|
10 menit
|
Penutup
1.
Kesimpulan
2.
salam
|
1.
Memperhatikan
2.
Memberi salam
|
PENYAKIT
MENULAR
HIV/AIDS
A.
DEFINISI
HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah virus yang masuk kedalam tubuh manusia
melalui cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina dan ASI) dan merusak
system kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga manusia kehilangan daya
tahannya dan mudah terkena penyakit.
AIDS (Acquired
Immuno-Deficiency Syndrom) adalah kumpulan gejala penyakit karena turunnya
daya tahan tubuh. Itu berkurang atau hilang karena sudah dirusak oleh virus
HIV.
Orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi
serangan infeksi penyakit lain karena system kekebalan tubuhnya terus menurun
secara drastis.
- Kerusakan progresif pada system
kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan
dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan
penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan
pasien sakit parah bahkan meninggal.
- AIDS
adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
- AIDS
diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
- AIDS diartikan sebagai bentuk
paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon
imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center
for Disease Control and Prevention )
B.
ETIOLOGI
Walaupun sudah jelas dikatakan bahwa
HIV sebagai penyebab AIDS, tetapi asal usul virus ini masih belum diketahui
secara pasti. Mula-mula dinamakan LAV (Lymphadenopathy
Associated virus). Virus ini ditemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur
Paris, Dr. L. Montagnier pada tahun 1983, dari seorang penderita dengan gejala “Lymphadenopathy s”. Pada tahun 1984,
Dr. R. Gallo dari National Institute of Healt, USA, menemukan virus lain yang
disebut HTLV-III (Human T Lymphotropic Virus Type III). Kedua virus ini oleh
masing-masing penemunya dianggap sebagai penyebab AIDS, karena dapat diisolasi
dari penderita AIDS/ARC di Amerika. Eropa, dan Afrika Tengah.WHO kemudian
memberi nama HIV sesuai dengan pertemuan “International
Committee on Taxonomy of Viruses” tahun 1962.
C.
GEJALA
- Gejala
AIDS pada Orang Dewasa
v Menderita penyakit ringan
sehari-hari seperti flu atau diare
v Penuruna berat badan lebih dari 10%
v Demam dan Batuk lebih dari satu
bulan (Kontinyu atau intermiten)
v Sering sariawan di mulut dan
kesulitan menelan
v Sakit pada otot dan sendi dan sering
timbul rasa letih
v Adanya pembengkakan di daerah kelenjar
getah bening
v Limpadenopati umum
v Dermatitis pruritik umum
v Herpes zoster rekurens
- Gejala
AIDS pada Anak Kecil
v Penurunan berat badan atau
pertumbuhan lambat yang abnormal
v Diare kronik lebih dari satu bulan
v Demam lebih dari satu bulan
v Limpadenopati umum
v Kandidiasis orofaring
v Infeksi umum yang berulang (otitis,
faringitis, dsb)
v Batuk persisten
v Dermatitis umum
v Infeksi HIV maternal
D.
PENULARAN HIV/AIDS
HIV masuk tubuh manusia terutama
melalui darah, semen dan secret vagina, serta dari ibu ke anak.
Tiga cara penularan HIV adalah sbb:
1. Hubungan seksual, baik secara
vaginal, oral, maupun anal denga seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling
umum terjadi, meliputi 80-90% total kasus sedunia.
2. Kontak langsung dengan darah, produk
darah atau jarum suntik. Transfuse darah/produk darah yang tercemar mempunyai
resiko sampai >90%, ditemukan 3-5% total kasus sedunia. Pemakaian jarum
suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada
pecandu narkotik berisiko 0,5-1%, di temukan 5-10% total kasus sedunia.
Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai
risiko 0,5% dan mencakup <0,1% total kasus sedunia.
3. transmisi secara vertikal dari ibu
hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Risiko penularan dengan
cara ini 25-40% dan terdapat <0,1% total kasus sedunia.
Tabel :
Efisiensi tiap pemaparan tunggal dan perkiraan persentase terjadinya
HIV/AIDS.
Cara penularan
|
Efficiency per
single exposure
|
Estimamted percentage of global total
|
Transfuse darah
|
>90%
|
3-5%
|
Perinatal
|
± 30%
|
5-10%
|
Hubungan seksual
|
0,1-1,0%
|
70-80%
- heteroseksual >70%
- homoseksual 5-10%
|
Injecting drug
use-sharing needle
|
0,5-1,0%
|
5-10%
|
Health
care-needle stick
|
0,5%
|
<0,1%
|
Sumber : The HIV Expert: A comprehensive review of HIV and AIDS management
E.
PATOGENESIS
Setelah masuk tubuh, virus menuju ke
kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari. Kemudian
terjadi sindrom retroviral akut seperti flu disertai viremia hebat dengan
keterlibatan berbagai kelenjar limfe. Pada tubuh timbul respon imun humoral
maupun selular. Sindrm ini akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Kadar virus
yang tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini
berlangsung berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan
virus baru dan upaya eliminasi oleh respon imun. Titik keseimbangan yang
disebut set point ini penting karena
menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Bila tinggi, penyakit menuju AIDS
akan berlangsung lebih cepat.
Serokonversi (perubahan antibody
negative menjadi positif) terjadi 1-3 bulan setelah infeksi, tetapi pernah juga
dilaporkan sampai 8 bulan. Kemudian pasien akan memasuki masa tanpa gejala.
Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap jumlah CD4 (jumlah normal
800-1.000/mm³) yang terjadi setelah replikasi
persisten HIV dengan kadar RNA virus relative konstan.
CD4 adalah reseptor pada limfosit T4
yang menjadi target sel utama HIV. Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar
30-60/mm³/tahun, tapi pada 2 tahun terakhir
penurunan jumlah menjadi 50-100/mm³/tahun
sehingga bila tanpa pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS
adalah 8-10 tahun, dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mm³.
F.
PENCEGAHAN HIV/AIDS
1. Pencegahan Infeksi HIV melalui
hubungan seksual
Hindari
hubungan seks yang sangat rawan, seperti:
v Tidak berganti-ganti pasangan dan
menghindari hubungan seksual diluar nikah
v Mengurangi jumlah mitra seksual
sesedikit mungkin
v Hindari hubungan seksual dengan
kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
v Tidak melakukan hubungan seksual
ongenital.
v Gunakan kondom mulai dari awal
sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan
pengidap HIV.
2. Pencegahan Infeksi HIV melalui Darah
Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui
darah adalah :
v Darah yang digunakan untuk transfuse
diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa darah donor.
v Menghimbau kelompok resiko tinggi
tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah.
v Jarum suntik dan alat tusuk yang
lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis dipakai.
v Kelompok penyalahguna narkotika
harus menghentikan kebiasaan menyuntikan obat kedalam badannya serta
menghentikan kebiasaan menggunakan jarum suntik bersama.
v Gunakan jarum suntik sekali pakai
(disposable)
v Membakar semua alat bekas pakai
pengidap HIV.
3. Pencegahan Infeksi HIV melalui Ibu
Ibu hamil yang pengidap HIV dapat
memindahkan Virus tersebut kepada
janinnya. Penularannya dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada
waktu persalinan dan sesudah bayi dilahirkan.
Upaya untuk
mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang
terinfeksi HIV tidak hamil.
4. Pencegahan AIDS dengan Kondom
Kondom di Indonesia dikenal sebagai
alat kontrasepsi atau alat KB pria. Selain untuk KB kondom biasanya
dikonotasikan dengan pelacuran, sehingga gambaran masyarakat awam tentang
kondom sangat rendah.
Dalam
upaya pencegahan penyebarluasan AIDS, kondom saangat berperan dalam memutuskan
mata rantai penularan AIDS lewat jalur seksual. Kondom yang dianjurkan untuk
digunakan adalah terbuat dari lateks, sebab hasil penelitian membuktikan bahwa
kondom lateks tidak dapat ditembus HIV.
G. Penatalaksanaan
Belum
ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1.
Melakukan abstinensi seks / melakukan
hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
2.
Memeriksa adanya virus paling lambat 6
bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
3.
Menggunakan pelindung jika berhubungan
dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4.
Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato,
dan sebagainya.
Apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
- Pengendalian Infeksi
Opurtunistik
Bertujuan
menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial,
atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien dilingkungan perawatan kritis.
- Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui
FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
- Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas
system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat
ini adalah :
Didanosine, Ribavirin,
Diedoxycytidine, Recombinant CD 4 dapat larut
- Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya
rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
- Pendidikan
untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari
stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi
imun.
- Menghindari
infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
1 komentar:
ni sap HIV apa ispa sie
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda di Sini