HIPERTENSI GRAVIDA
2.1 Batasan/Pengertian
Adapun batasan/pengertian Asuhan
Kebidanan Multi Gravida dengan Hypertensi Kronis adalah :
2.1.1 Asuhan
Kebidanan
Asuhan
Kebidanan berdasarkan rumusan berbagai pakar dijelaskan sebagai berikut :
Asuhan Kebidanan
adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/permasalahan khususnya dalam bidang KIA/KB. (Syahlan. JH,
1993 : 3)
Asuhan
kebidanan merupakan bagian dari pelayanan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan
keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
(Santosa. NI, 1995 : 16)
Manajemen
kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak
yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
individu, keluarga dan masyarakat. (Santosa. NI, 1995 : 17)
2.1.2 Multi
Gravida
Multigravida
adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil. (Sastrawinata. S, 1983 :
156)
2.1.3 Hypertensi
Kronis Dalam Kehamilan
Hypertensi
kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang telah terjadi
sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi
sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
2.2 Batasan/Konsep
Dasar Hypertensi Kronis
2.2.1 Batasan
Penyakit
hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. (Sastrawinata.
S, 1984 : 90)
2.2.2 Klasifikasi
Hypertensi
Menurut
American Committee and Maternal Welfare yang dikutip oleh Sulaeman Sastrawinata
dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981, klasifikasi hypertensi adalah sebagai
berikut :
2.2.2.1 Hypertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan
dan khas untuk kehamilan ialah preeklampsia dan eklampsia.
2.2.2.2 Hypertensi Kronis
Diagnosa
dibuat atas adanya hypertensi sebelum kehamilan atau penemuan hypertensi
sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah kehamialn
berakhir.
2.2.2.3 Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas
dasar hypertensi yang kronis. Pasien dengan hypertensi yang kronis sering
memberat penyakitnya dalam kehamilan dengan gejala-gejala hypertensi yang naik,
proteinuri dan edema serta kelainan retina.
2.2.2.4 Transient Hypertensi
Diagnosa dibuat kalau timbul
hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam nifas pada wanita
yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
2.2.3 Derajad
Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
Hypertensi
akibat kehamilan dapat diklasifikasikan ke dalam bagian ringan atau berat,
menurut frekuensi dan intensitas kelainannya. Adalah penting untuk menyadari
bahwa suatu keadaan yang kelihatannya ringan dapat menjadi berat. (Winardi. B,
199: 8)
Tabel 2.1 Indikator Derajad Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
Kelainan Ringan Berat
Tekanan
Distolik <
100mmHg >
110mmHg
Proteinnuri 1+ ³ 2+
Sakit
kepala tidak
ada ada
Gangguan
penglihatan tidak
ada ada
Nyeri perut
atas tidak
ada ada
Oliguri tidak
ada ada
Kejang tidak
ada ada
Creatinin
serum normal meningkat
Trombosito
penia tidak
ada ada
Hyperbilirubinemia
tidak ada ada
SGOT minimal nyata
Fetal Growth Retardasion tidak ada ada jelas
Sumber :
Pritcard, Mac Donald, Giant. William Obstetri, 1991 : 612
2.2.4 Patofisiologi
Hipertensi Kronis
Terdapat banyak akibat hypertensi
karena kehamilan yang terjadi pada ibu, berikut akan dibahas berdasarkan
analisa kelainan kardiovaskuler, hematologik, endokrin, elektrolit, renal, hepatik
dan serebral. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991: 616)
2.2.4.1 Sistem
Kardiovaskuler
Meskipun terdapat peningkatan curah
jantung pada ibu hamil normal, tekanan darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya
menurun sebagai akibat resistensi perifer berkurang. Pada ibu hamil dengan
hypertensi, curah jantung biasanya tidak berkurang, karena curah jantung tidak
berkurang sedang konstriksi arteriol dan tahanan perifer naik, maka tekanan
darah akan meningkat. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 616)
2.2.4.2 Hematologik
Perubahan-perubahan hematologik
penting yang ditemukan pada wanita hypertensi ialah penurunan atau sebenarnya
tidak terjadinya hypervolemia yang normal pada kehamilan, perubahan-perubahan
mekanisme koagulasi dan adanya peningkatan dekstruksi eritrosit. (Pritchard,
Mac Donald, Gant. 1991 : 619)
2.2.4.3 Endokrin
Pada kehamilan normal, kadar plasma
renin, angiotensin II dan aldosteron meningkat. Sebaliknya pada hypertensi
karena kehamilan, bahan tersebut biasanya menurun mendekati batas normal pada
keadaan tidak hamil.
Peningkatan aktivitas hormon anti
deuritik juga menyebabkan oliguri, kadar chorionic gonadotropin dalam plasma
meningkat secara tidak tetap sebaliknya lactogen placenta menurun. (Pritchard,
Mac Donald, Gant. 1991 : 620)
2.2.4.4 Cairan
dan Elektrolit
Biasanya volume cairan ekstraselular
pada wanita dengan preeklampsia dan eklampsia sangat bertambah melebihi
penambahan volume yang biasanya terjadi pada kehamilan normal. Mekanisme yang
menyebabkan ekspansi cairan yang patologis belum jelas. (Pritchard, Mac Donald,
Gant. 1991 : 621)
2.2.4.5 Perubahan
Hepar
Pada HKK (Hipertensi Karena
Kehamilan) yang berat, kadang terdapat kelainan hasil pemeriksaan hati yang
meliputi peningkatan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminace),
hyperbilirubin yang berat jarang terjadi. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 :
623)
2.2.5 Pengaruh
Hipertensi Terhadap Kehamilan
Sebagai akibat penurunan sirkulasi
uteroplasenta maka konsumsi makanan
terhadap janin juga mengalami penurunan. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan badan janin merupakan akibat yang paling sering, dalam penelitian
mendapatkan frekuensi 15% bayi IUGR dan 27% bayi premature walaupun dilakukan
perawatan standart. (Winardi. B, 1991 : 5)
Diduga bahwa kapasitas nutrisi
plasenta dalam keadaan tersebut dipacu oleh peningkatan tekanan perfusi, dengan
ini pula maka peningkatan klirens dehidroisoandosteron sulfat. (Winardi. B,
1991 : 6)
Solusio placenta sejak lama
diketahui lebih sering dijumpai pada ibu dengan hypertensi. Insiden tertinggi
didapatkan pada ekslampsi 23,6% disusul hypertensi kronis 10% dan pre eklampsi 2,3%.(Winardi. B, 1991 : 6)
2.2.6 Pengaruh
Kehamilan Terhadap Hypertensi
Dikatakan 60% dari wanita yang
menderita hypertensi kronis, pada saat hamil akan mengalami kenaikan tekanan
darah, 15-30% mempunyai resiko untuk mendapatkan superimposed pre eklampsia.
Resiko terjadinya superimposed pre
eklampsi tidak tergantung pada tingkat hypertensinya. Bila terjadi penurunan
fungsi renal (BUN > 20mg%) kreatinin serum > 1,5mg% pada keadaan hypertensi
kronis, maka resiko terjadinya superimposed pre eklampsi mendekati angka 100%.
Dengan meningkatnya tensi pada saat
hamil maka resiko lain juga menjadi lebih tinggi misalnya infark miokard akut,
CVA, payah jantung, gagal ginjal, hematuria. (Winardi. B, 1991 : 6)
2.2.7 Diagnosa
2.2.7.1
Diagnosa hypertensi ditegakkan dengan pengukuran
secara serial dalam waktu berbeda-beda, dengan selang waktu beberapa jam sampai
beberapa hari, teknik pemeriksaan sangat penting diperhatikan, karena harus
dilakukan dengan benar. (Winardi. B, 1991 : 7)
2.2.7.2 Cara Pengukuran
Cara
pengukuran tekanan darah yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Memakai alat
sphygnomanometer air raksa dengan menggunakan sthetoscope yang baik (peka)
2. Posisi duduk praktis untuk skrining
3. Posisi berbaring lebih memberikan hasil yang
bermakna
4. Lengan atas harus bebas dari baju yang ketat
5. Memakai cuff yang sesuai (dapat melingkari 2/3
panjang lengan atas). (Winardi. B, 1991
: 7)
2.2.7.2
Diagnosa hypertensi kronis
Diagnosa hypertensi kronis harus
memnuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Terjadi sebelum hamil atau sebelum 20 minggu kehamilan
2.
Tidak ada proses mola (Winardi. B, 1991 : 7)
Apabila penderita datang pertama
kali sesudah minggu 20-24 kehamilan, sulit untuk membedakannya dengan PIH.
Secara khusus kita bisa mengadakan diagnosa banding dengan beberapa ciri yang
agak berbeda dengan PIH antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan Hypertensi Kronis dengan PIH
Differensial Diagnosa
Karakteristik Hypertensi Kronis PIH
1. Onset sebelum
hamil/ sesudah
minggu 20 -
hamil
< 20 – 21 minggu 24 kecuali
penyakit
tropoblast
2. Usia biasanya
relatif tua relatif muda
3. Paritas biasanya multi biasanya primi
4. Nutrisi diet
adekuat diet
protein inadekwat
5. Roll Over Test negatif positif
6. Sesudah persalinan permanen, sesudah 3 bulan biasanya hilang
6
mg pp selalu hilang
3
bln pp
7. Riwayat keluarga positif biasanya
negatif
8. Proteinun seringkali negatif biasanya positif
Sumber :
Winardi, B. 1991. Hipertensi Kronis Pada Wanita Hamil : 8
2.2.7.4 Pemeriksaan Labotarium
Pemeriksaan
pendahuluan diperlukan untuk menyingkirkan penyakit yang secara sekunder dapat
menyebabkan hypertensi antara lain :
1. Faal ginjal : untuk mengetahui kemungkinan penyakit
ginjal menahun seperti pielonefritis akut, polikistik,dll.
2. Cultur urine : untuk mengetahui kemungkinan infeksi
ginjal.
(Winardi.
B, 1991 : 8)
2.2.7.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
untuk menegakan diagnosa hipertensi kronis adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan mata : dengan
funduscopy untuk evaluasi lamanya penyakit diderita
Pemeriksaan jantung : dengan
bantuan ECG dapat kita diagnosa adanya komplikasi pembesaran jantung yang menggambarkan
lamanya proses hypertensi.
(Winardi.
B, 1991 : 8)
2.2.7.6 Pemantauan Kesejahteraan Janin
Oleh karena
penyakit hypertensi kronis sering kali menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin, maka pemantauan kesejahteraan janin mutlak harus dilakukan.
Pemantauan bisa dilaksanakan dengan cara paling sederhana berupa pemantauan
pertambahan berat badan, tinggi furdus uteri hingga paling canggih dengan
pamakaian USG, NST dll. (Winardi. B, 1991 : 9)
2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari
pengelolaan/pengobatan penderita hypertensi kronis pada wanita hamil adalah :
2.2.8.1 Untuk
mempertahankan aliran darah pada uterus terutama pada saat pembentukan
plasenta.
Usaha – usaha yang di perlukan untuk mencapai usaha tersebut
adalah :
Tirah baring
Tirah baring terutama pada
siang hari mulai setidak-tidaknya 1 jam dalam sehari dan ditingkatkan sesuai
umur kehamilan. Curet menganjurkan bed rest selama 4 jam pada siang hari
disamping tidur malam 10 jam. (Winardi. B, 1991 : 10)
Keunggulan
tirah baring ini dapat meningkatkan perfusi utero placenta terutama pada posisi
tidur miring kiri.
Tirah baring absolut tidaklah diperlukan. Dikatakan bahwa
absolute bed rest dapat meningkatkan resiko embas paru. Selain itu dari segi
psikologis ibu kurang menguntungkan. Pada hypertensi yang berat disarankan
tirah baring sampai saat persalinan.
Pemberian Obat
Pemberian phenobarbital dikatakan dapat meningkatkan
keberhasilan program tirah baring ini. Apabila tirah baring dan pemberian
sedatif ringan tak memberikan respon,
perlu dipikirkan pemberian anti hypertensi. (Winardi. B, 1991: 12)
Diet
Diet
yang baik diperlukan bagi pertumbuhan janin dalam rahim. Kandungan protein
minimal 90 gr setiap hari. Diet rendah garam tidak ada keuntungan, bila
didapatkan proteinuri maka suplement pengganti protein yang hilang harus
dipikirkan. Pada penderita obesitas ada baiknya menurunkan berat badan.
(Winardi. B, 1991 : 12)
2.2.8.2 Untuk
mengendalikan hypertensi dan mencegah superimposed pre eklampsia/eklampsia.
Pada
hypertensi ringan terapi yang diajarkan adalah tirah baring saja dengan
pemantauan yang rutin 2x seminggu, sampai minggu ke 30, sesudahnya seminggu
sekali, bila perlu dapat diberikan phenobarbital, juga diet seimbang
karbohidrat. Sedangkan obat anti hypertensi yang sering dipakai adalah alfa
metildopa, beta blockers, hidralazin, clonidine, prazosun, antagonis kalsium,
diuretikum. (Winardi. B, 1991 : 12)
2.2.8.3 Pengakhiran
kehamilan bila keadaan menjelek atau terjadi gangguan pertumbuhan janin,
apabila janin mampu hidup diluar tubuh ibu.
Oleh karena disfungsi plasenta
seringkali terjadi pada hypertensi esensial yang berat, dan kematian bayi pada
umur kehamilan 38 mg tidak berbeda dengan kehamilan aterm, maka induksi
persalinan dianjurkan.
Indikasi penyelesaian kehamilan dapat datang dari ibu
maupun janin, indikasi itu meliputi:
Peningkatan
serum kreatinin > 50% dari pemeriksaan sebelumnya, gangguan neurologik
berat, platelet count dibawah 100x109/1, hypertensi tak terkontrol,
peningkatan serum bilirubin.
Indikasi anak : berkurangnya pertumbuhan dan
pergerakan janin, maturitas paru, kardiotokografi abnormal.
Cara penyelesaian persalinan
dilakukan sesuai dengan situasi dan persyaratan yang ada. (Winardi. B, 1991 :
19)
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Multi
Gravida Dengan Hypertensi Kronis
Penerapan manajemen kebidanan dalam
bentuk kegiatan praktik kebidanan dilakukan melalui proses yang disebut
langkah-langkah proses manajemen kebidanan. Langkah-langkah itu meliputi :
pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah dan kebutuhan, intervensi,
implementasi dan evaluasi hasil tindakan.
Proses manajemen kebidanan merupakan
proses yang terus menerus dilaksanakan, dan kemudian timbul masalah baru maka
proses kembali ke langkah pertama. (Santosa. NI, 1995 : 6)
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal
dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Kegiatan yang dilakukan adalah anamnesa,
pemeriksaan data obyektif yang meliputi palpasi, auskultasi, perkusi, inspeksi
serta pemeriksaan penunjang.
2.3.1.1 Anamnesa
Anamnesa ialah tanya jawab antara
penderita dan petugas kesehatan tentang data yang diperlukan.
Tujuan anamnesa meliputi : untuk
mengetahui keadaan penderita, membantu menegakkan diagnosa dan agar dapat
mengambil tindakan segera bila diperlukan. (Ibrahim. C,1996 : 80)
Hal-hal
yang ditanyakan pada saat anamnesa meliputi :
Anamnesa |
Rasional |
1.
Anamnesa Umum
Biodata terdiri darai nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama,
pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat.Pada penderita
dengan Hipertensi Kronis, usia biasanya lanjut atau lebih dari 35 tahun.
2.
Anamnesa kesehatan keluarga
Terdiri dari penyakit keluarga klien, apa ada yang menderita penyakit
keturunan (asma), diabetes mellitus, haemophili keturunan kembar dan penyakit
kronis. Pada penderita dengan Hipertensi Kronis ditanya pula apakah dari
pihak keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi.
3.
Anamnesa kesehatan klien
Yang perlu ditanyakan adalah sakit kepala, gangguan mata, nyeri perut
atas, dan apakah sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20-21 minggu
pernah menderita hipertensi .
4.
Anamnesa kebidanan terdiri dari
Riwayat kehamilan ini ( keluhan nutrisi, pola eliminasi, astifitas,
pola istirahat/tidur, seksualitas, imunisasi)
Riwayat menstruasi (menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid,
dismenorrhae, keluhan, hari pertama haid terakhir, fluor)
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu, apakah pernah
disertai dengan hipertensi.
|
Dengan
adanya biodata kita dapat mengenal klien serta diketahui permasalahan yang
timbul sehingga lebih terbuka membicarakan masalah kepada petugas kesehatan.
(Ibrahim. C, 1996 : 81)
Dengan
menanyakan penyakit/kesehatan keluarga dapat diketahui penyakit yang
mempengaruhi kehamilan, langsung ataupun tak langsung. (Ibrahim. C, 1996 :
83)
Dengan
menanyakan gangguan subyektif kepada klien dapat membantu menegakkan diagnosa
Dengan
menanyakan riwayat kehamilan sekarang diharapkan petugas kesehatan mengetahui
keadaan kehamilannya. (Ibrahim. C, 1996 : 85)
Dengan
menanyakan riwayat menstruasi untuk membantuk menegakkan diagnosa (umur
kelahiran) dan tafsiran persalinan
Dengan
menanyakan riwayat kehamilan, persalinan, nifas, KB yang lalu maka petugas
kesehatan dapat memperkirakan kelainan pada kehamilan maupun persalinan
|
2.3.1.2 Pemeriksaan
Umum
Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan
yang lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan atau kelainan dan
penderita.
Tujuan dari pemeriksaan umum : untuk
mengetahui kesehatan umum ibu dan mengetahui adanya kelainan yang dapat
mempengaruhi kehamilan. (Ibrahim. C,1996: 87)
Pemeriksaan
umum pada ibu hamil dengan hypertensi kronis meliputi :
No
|
Pemeriksaan |
Rasional |
1.
2.
3.
|
Keadaan
umum meliputi :
-
Postur tubuh klien (tinggi atau pendek) bentuk perut
klien, ekspresi klien (lesu, pucat atau senang). (Ibrahim. C, 1996 : 87)
Tanda-tanda
vital
-
Tekanan darah : pada usia kehamilan 20-30 minggu.
Normalnya pada wanita hamil dibagi menurut umur sebagai berikut :
20 tahun : Tekanan darah
120/80 mmHg
20-30 tahun : Tekanan darah 110/70 mmHg
(Ibrahim. C, 1996 : 91).
Pada penderita dengan hipertensi kronis didapatkan tekanan darah >140/90 mmHg sebelum hamil atau sebelum
usia kehamilan 20-21 minggu.
-
Nadi : dihitung 15 menit dikalikan empat, menghitung
dengannadi pada pergelangan tangannya. (Bouwhizen. M, 1986 : 28)
-
Suhu : suhu badan normalnya 36,5oC-37.5oC.
(Bouwhizen. M, 1986 : 14)
-
Respirasi : respirasi dihitung dari keteraturan
pernapasan normalnya 18-24 x 1 menit.
(Bouwhizen. M, 1986 : 28)
Mengukur
berat badan
Beratbadan
pertambahannya sampai hamil genap bulan lebih kurang 11-11,5 kg sehingga
kenaikan rata-rata berat badan setiap minggu 0.5 kg. (Ibrahim. C,1996 : 110)
Pada
penderita Hipertensi Kronis yang mengarah kearah superimposed pre eklampsia
didapatkan kenaikan berat badan yang melebihi dari normal.
Mengukur
tinggi badan
Pengukuran
tinggi badan dilakukan pada ibu yang pertama kali datang. Tinggi badan tidak
boleh £ 145 cm.
(Manuaba. IBG, 1998 : 37)
Mengukur
lingkaran lengan atas (LILA) normalnya ³23,5 cm. (Santosa. NI, 1995 : 67)
|
Dengan
melihat keadaan umum pasien atau klien dapat diketahui keadaannya normal atau
menunjukkan adanya kelainan
Pada
wanita hamil yang dikatakan darahnya lebih dari normal perlu mendapat
pengawasan dan nasehat untuk banyak istirahat dan pengaturan denyut
Pada
penderita yang mengalami kehilangan darah maka frekuensi denyut nadi
pergelangan tangan akan meningkat dan denyutnya lebih sukar diraba
Pada
penderita dengan suhu tubuh lebih dari 38oC menunjukkan orang yang
bersangkutan mengalami demam, kalau suhu tubuh kurang dari 35oC
maka orang tersebut mengalami suhu rendah.
Dengan
menghitung pernapasan dapat kita ketahui apakah pernapasan penderita terhenti
sama sekali atau tidak, sehingga perlu segera diambil tindakan untuk
menyelamatkan penderita
Dengan
mengukur berat badan dan memantau hasilnya. Pada kenaikan berat badan yang
lebih dari 0,5 tiap minggunya dan disertai adanya aedema pada trimester III
harus diwaspadai
Dengan
mengukur tinggi badan dapat kita ketahui apakah ibu hamil masih belum
katagori resiko tinggi atau resiko rendah
Dengan
mengukur LILA dapat diketahui status gizi ibu (apakah mengalami kekurangan
energi kalori atau tidak)
|
2.3.1.3 Pemeriksaan
fisik dibagi menjadi :
1.
Pemeriksaan Inspeksi ialah
Pemeriksaan
Inspeksi ialah
memeriksa penderita dengan
melihat atau memandang.
Tujuan dari inspeksi ialah melihat
keadaan umum penderita melihat gejala-gejala kehamilan dan kemungkinan adanya
kelainan-kelainan. (Ibrahim. C,1996: 111)
Hal-hal yang diperiksa |
Rasional
|
Kepala
dan muka (muka, mata, hidung, bibir dan gigi), apakah ada oedema dan gangguan penglihatan.
Keadaan
leher (kelenjar gondok, linfe, struma, pembesaran vena jogularis)
Keadaan
buah dada (betuk, warna kelainan, puting susu, coloustrun)
Keadaan
perut (bentuk perut, pembesaran, striae, linea, luka parut)
Keadaan
vulva (aedema, tandu chadwik, varisei, fluxus, flour, candi lama)
Keadaan
tungkai (aedema, varises, luka dari pangkal paha samapai ujung kaki)
|
Dengan
melihat kepala dan muka dapat disampaikan keadaan klien sehat, gembira, sakit
atau sedih. (Ibrahim. C, 1996 : 112)
Dengan
melihat keadaan leher adalah pembesarannya kemungkinan adanya gangguan
kardiokvasikuler. (Ibrahim. C, 1996 : 113)
Dengan
melihat keadaan buah dada dapat diketahui bentuk puting susu sehingga bila
ada kelainan harus mendapat perawatan atau pemeliharaan yang baik. (Ibrahim.
C, 1996 : 114)
Dengan
melihat perut bila ada luka parut mungkin akan berpengaruh atau mempengaruhi
kehamilan dan persalinan. (Ibrahim. C, 1996 : 114)
Dengan
melihat keadaan vulva untuk mencegah terjadinya infeksi waktu persalinan
maupun nifas. (Ibrahim. C, 1996 : 115)
Dengan
melihat anggota bagian bawah terutama tungkai dapat dipakai untuk menegakkan
diagnosa. (Ibrahim. C, 1996 : 115)
|
2. Pemeriksaan Palpasi
Pemeriksaan palpasi ialah memeriksa
klien dengan meraba. Tujuan dari pemeriksaan palpasi meliputi usia kehamilan,
posisi, letak dan presentasi janin serta adanya kelainan.
Hal-hal
yang diperiksa meliputi :
Pemeriksaan |
Rasional |
Leher
meliputi kelenjar thygroid, linfe dan vena jogularis
Dada
meliputi benjolan, nyeri tekan pada payudara, pengeluaran coloustrum
Abdomen
meliputi leopold I, II, III, IV
Tungkai
|
Dengan
pemeriksaan palpasi pada leher untuk mengetahui kelainan seacara dini
Dengan
pemeriksaan dada untuk mengetahui adanya tumor payudara dan pengeluaran
coloustrum
Dengan
palpasi abdomen maka dapat diketahui usia kehamilan dan posisi janin
Dengan palpasi tungkai maka dapat diketahui adanya kelainan yang
menyertai kehamilan. (Ibrahim. C, 1996 : 121)
|
Untuk
menentukan tinggi fundus uteri dan umur kehamilan :
Umur
kehamilan
|
Tinggi
findus uteri (jari)
|
Tinggi
firdus uteri (cm)
|
0-12
minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
32 minggu
36 minggu
40 minggu
|
Belum
berubah
3 jari
atas symphisis
3 jari
bawah pusat
Setinggi
pusat
3 jari
diatas pusat
Antara
pusat dan processus xyphoideus
Lengkungan
tulang iga atau lebih kurang 3 jari dibawah processus xyphoideus
3 jari
dibawah processus xyphoideus
(Ibrahim.
C, 1996 : 124)
|
-
-
20 cm
23 cm
26 cm
30 cm
33 cm
|
3. Pemeriksaan
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan mendengarkan
detil jantung janting, untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup atau
mati. (Ibrahim. C,1996 : 137)
4. Pemeriksaan Perkusi
Pemeriksaan
perkusi adalah memeriksa klien dengan mengetuk lutut bagian depan menggunakan
refleks hammer untuk mengetahui kemungkinnan klien mengalami kekurangan vitamin
B1. (Syahlan. JH, 1993 : 68)
2.3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi
pemeriksaan labotarium (urin dan darah) kalau perlu rontgen, ultrasonografi dan
Non Stres Test (NST). (Santosa. NI, 1996 : 6 )
2.3.2 Analisa Data, Diagnosa, Masalah, Kebutuhan
Analisa, diagnosa, masalah adalah
interpretasi dan data ke dalam masalah-masalah yang khusus atau
diagnosa-diagnosa. (Varney, 1997 : 25)
Hasil dari perumusan masalah
merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosa kebidanan.
Diagnosa kebidanan mencakup :
kondisi klien yang terkait dengan masalah-masalah utama dan penyebab utamanya
(tingkat resiko), masalah potensial dan prognosa (Syahlan, 1995 : 9)
Masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien.
(Syahlan, 1995 : 10)
Analisa data dalam rangka menentukan
diagnosa atau masalah klien meliputi pengelompokkan data sejenis, yang dapat
menunjang untuk merumuskan suatu diagnosa, masalah ataupun kebutuhan klien.
Analisa data pada klien dengan hypertensi kronis meliputi :
2.3.2.1 Diagnosa
Multi gravida dengan hypertensi kronis
Data pendukung : 1. Kehamilan lebih dari satu kali,
2. Tekanan darah arteri melebihi 140/90 mmHg, 3. Tidak terdapat protein dalam
urine, 4. Oedema ekstremitas hanya sedikit atau tidak ada. (Muchtar. R, 1998 :
158)
2.3.2.2 Masalah
Adapun masalah-masalah yang timbul
pada ibu hamil dengan hypertensi kronis adalah :
Gangguan
rasa nyaman pusing, data pendukung : 1. Klien mengeluh kadang-kadang kepala
pusing, 2. Keadaan umum ibu baik, 3. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
2.3.2.3 Kebutuhan
Nasehat yang dapat dianjurkan pada
ibu hamil dengan hypertensi kronis adalah sebagai berikut :
1. Istirahat
(tirah baring)
2. Pemberian
obat anti hypertensi
3. Diet
nutrisi seimbang
4. Pemantauan
kahamilan
5. Pengenalan
tanda-tanda persalinan
6. Pengenalan
gawat janin
2.3.2.4 Diagnosa
Potensial
Diagnosa
potensial terhadap kasus hypertensi kronis pada ibu hamil meliputi :
1. Toxemia
Gravidarum
Data
pendukung : 1. Tekanan darah ³ 140/90
mmHg, 2. Terdapat protein didalam urine, 3. Oedema pada extremitas, 4. Disertai
gejala-gejala subyektif seperti sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan
penglihatan, oliguri dan berat badan meningkat secara berlebihan.
2. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin
Data pendukung : Non Stres Test (NST)
3. Partus
Prematur
Data pendukung : partus usia kehamilan £ 37 minggu.
4. Solusio
Placenta
Data
pendukung : 1. Keluarnya darah berwarna kehitaman yang disertai rasa nyeri, 2.
Palpasi rahim teraba keras seperti papan, 3. Anemia, 4. Pada toucher teraba
ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah).
2.3.3 Perencanaan
Berdasarkan diagnosa, masalah,
kebutuhan yang ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan
mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam
melakukan intervensi.
Langkah-langkah
penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
2.3.3.1 Menentukan
tujuan tindakan yang akan dilakukan. Di dalam tujuan dikemukakan sasaran dan
hasil yang akan dicapai.
2.3.3.2 Menentukan
kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan. Kriteria evaluasi dan hasil
tindakan ditentukan untuk mengukur keberhasilan dan pelaksanaan asuhan yang
dilakukan.
2.3.3.3 Menentukan
langkah-langkah tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai.
Langkah-langkah tindakan mencakup :
kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kegiatan kolaborasi dan rujukan.
(Syahlan, 1995 : 10-11)
Perencanaan yang terdapat pada
kehamilan dengan hypertensi kronis adalah sebagai berikut :
Rencana
|
Rasional |
1.
Diagnosa
Multigravida dengan hypertensi kronis
Tujuan :
Setelah
dua minggu dilakukan asuhan
kebidanan maka gejala hypertensi kronis hilang
Kriteria
hasil :
Tekanan
darah £ 140/90
mmHg, pemeriksaan kehamilan normal
Rencana
Jelaskan pada klien tentang kehamilan nya
dan hal-hal yang harus diperhatikan
Anjurkan
pada klien istirahat yang cukup setidakanya 1 jam pada siang hari dan 10 jam
pada tidur malam.
Anjurkan
pada klien untuk mengkonsumsi diet gizi seimbang.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat anti hypertensi.
Jelaskan
tanda-tanda bahaya kehamilan dan anjurkan untuk segera ke rumah sakit bila
ada tanda-tanda itu.
Anjurkan
pada klien untuk kontrol satu minggu atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.
Masalah
Gangguan
rasa nyaman, pusing
Tujuan :
Setelah 7
hari dilaksanakan asuhan kebidanan pada klien dengan hypertensi kronis rasa
nyaman terpenuhi
Kriteria
:
Keluhan
kepala pusing tidak ada tekanan darah £ 140/90 mm Hg klien merasa nyaman
Rencana :
Kaji
penyebab timbulnya rasa pusing pada klien
Jelaskan
pada klien tentang cara mengatasi rasa pusing
Anjurkan
pada klien untuk sering jalan-jalan pagi hari sesuai batas kemampuan
Kebutuhan:
HE tentang kehamilan resiko tinggi .
Tujuan :
Setelah
diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil multigravida dengan hypertensi
kronis selama 24 jam, klien memahami akan kehamilannya.
Kriteria
:
Ekspresi
wajah tenang
perasaan
khawatir hilang
istirahat
cukup
Rencana :
Kaji
penyebab rasa cemas dan pengaruh rasa cemas dan pengaruh cemas terhadap
kehamilan
Anjurkan
pada klien untuk sering menyimak berita soal kehamilan seperti majalah, TV
atau radio
Berikan
dukungan dan juga dari keluarga secara ramah dan tenang terhadap kehamilan
klien
Anjurkan
untuk kontrol teratur setiap satu minggu sekali
|
Dengan
penjelasan yang diberikan diharapkan klien mengerti dan memahami kelainan
pada kehamilannya sehingga termotivasi untuk mengatasi masalah yang timbul
Keuntungan
tirah baring dapat meningkatkan perfusi uteroplacenta terutama pada posisi
tidur miring kiri.
Dengan
mengkonsumsi diet gizi seimbang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
metabolisme klien dan pertumbuhan janin didalam rahim.
Dengan
melakukan kolaborasi, bidan melakukan fungsi dependent untuk membantu
mempertahankan kondisi klien.
Dengan
mengetahui tanda-tanda berbahaya kehamilan diharapkan klien dapat segera
mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
Dengan
kontrol teratur diharapkan kesejahteraan ibu dan janin dapat dipantau dengan
baik.
Dengan
mengetahui penyebab rasa pusing, intervens yang diberikan diharapkan dapat
lebih mengena faktor penyebabnya.
Dengan penjelasan alternatif-alternatif cara
mengatasi/mengurangi pusing diharapkan dapat mengurangi masalah klien
Dengan
jalan-jalan pagi akan menyebabkan relaxasi otot sehingga kehamilan dan
persalinan dapat berlangsung dengan baik, dan yang lebih penting klien akan
nampak selalu segar dan sehat
Cemas
yang berlebihan dapat menyebabkan vasukonstriksi sehingga terjadi vasuspasme
dan akhirnya menambah peningkatan tekanan darah
Dengan
pengetahuan diharapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan klien
Dengan
dukungan dari orang-orang terdekat, diharapkan dapat mengurangi beban psikis
klien karena lingkungan banyak yang peduli terhadap klien
Dengan
kontrol teratur, dapat dipantau kesejahteraan janin sehingga mengurangi
kecemasan klien terhadap keadaan bayinya
|
2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Beberapa prinsip
dalam pelaksanaan tindakan meliputi :
2.3.4.1 Tindakan
kebidanan apa yang dapat dikerjakan sendiri, dibantu atau dilimpahkan kepada
staf lainnya, kepala klien atau keluarga
serta di rujuk kepada tenaga lain dari team kesehatan.
2.3.4.2 Penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
2.3.4.3
Mengamati hasil dari tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
dan
mengadakan konsultasi atau Mencatat jika perlu dilakukan rujukan. (Santosa. NI, 1993 : 131-132)
2.2.4.4
Mencatat dan mengadakan konsultasi jika perlu di
lakukan perujukan (Santosa. NI, 1993 : 131-132)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi
tindakan merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan manajemen kebidanan.
Setelah dilakukan evaluasi, bidan merencanakan pada klien yang telah dilakukan
tindakan kebidanan, perlu atau tidak melakukan follow up. Apabila perlu
dilakukan follow up, harus direncanakan bentuk dan waktu follow up terhadap
klien. Sehingga klien mendapatkan asuhan kebidanan yang kompresiensif dan
berkesinambungan. (Santosa. NI, 1993 : 132)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda di Sini