HARGA DIRI RENDAH
A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah
menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab
pada kehidupannya sendiri.
C. PROSES TERJADINYA MASALAH
Konsep diri
didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun
dipelajari.
RENTANG RESPON KONSEP
DIRI
Lihat DISINI
Salah satu komponen
konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya
sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya
sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga
diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di
gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial.
Faktor yang
mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis.
Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
1. Trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian yang megancam.
2. Ketegangan peran
beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami
frustrasi. Ada
tiga jeis transisi peran :
a.
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan
untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan
bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat
pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan
oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara:
1.
Situasional, yaitu terjadi
trauma yang tiba‑tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja
dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopani (pemasangan
kateter, pemeriksaan
pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2.
Kronik, yaitu perasaan
negatif terhadap diri telah berlangsung lama
D. POHON MASALAH
Lihat DISINI
E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.
Masalah keperawatan:
a.
Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c.
Berduka disfungsional.
2.
Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
F.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan
dengan berduka disfungsional.
G.
RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
a.
Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b.
Tujuan khusus:
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya
‑ Salam terapeutik
‑ Perkenalan diri
‑ Jelaskan tujuan inteniksi
‑ Ciptakan lingkungan yang tenang
‑ Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan
topik pembicaraan).
1.2.Beri kesempatan pada klien
mengungkapkan perasaannya.
1.3.Sediakan waktu untuk mendengarkan
klien.
1.4.Katakan kepada klien bahwa ia adalah
seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1.Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien.
2.2.Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu
klien, utamakan memberi pujian yang realistis.
2.3.Klien dapat menilai kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
3.
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
3.1.Diskusikan bersama klien kemampuan
yang masih dapat digunakan.
3.2.Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah.
4.
Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan
:
4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
4.2.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien.
4.3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.
5.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan
:
5.1.Beri kesempatan mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
5.2.Beri pujian atas keberhasilan
5.3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
rumah.
6.
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
6.1.Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien.
6.2.Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat.
6.3.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
di rumah.
6.4.Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
@
Boyd
dan Nihart. (1998). Psychiatric
Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot-
Raven Publisher: Philadelphia.
@ Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:
Jakarta.
@ Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th
edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
@ Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.
@ Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta.
@
Townsend.
(1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric
Nursing a Pocket Guide for Care
Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda di Sini